Penalaran Induksi dalam Bahasa Indonesia (Analogi)
Proses berpikir manusia untuk
menghubungkan hubungan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada
suatu kesimpulan disebut penalaran. Dalam karangan penalaran berarti
penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk
tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan
dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai
dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan
harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak tepat
tidak masuk dalam karangan.
Penalaran yang baik berarti ketepatan pengorganisasian dan penyajian semua gagasan. Segala pernyataan benar-benar kuat dan dapat dipertanggung jawabkan, tanpaa meragukan pembaca. Alasan-alasan yang dikemukakan merupakan hal yang dapat diterima.
Ada dua macam penalaran yang biasa dilakukan dalam menarik suatu kesimpulan, yakni penalaran induksi dan penalaran deduksi. Pada kesempatan ini akan dibahas terlebih dahulu mengenai penalaran induksi. Sedangkan penalaran deduksi akan dibahas pada kesempatan lain.
Penalaran yang baik berarti ketepatan pengorganisasian dan penyajian semua gagasan. Segala pernyataan benar-benar kuat dan dapat dipertanggung jawabkan, tanpaa meragukan pembaca. Alasan-alasan yang dikemukakan merupakan hal yang dapat diterima.
Ada dua macam penalaran yang biasa dilakukan dalam menarik suatu kesimpulan, yakni penalaran induksi dan penalaran deduksi. Pada kesempatan ini akan dibahas terlebih dahulu mengenai penalaran induksi. Sedangkan penalaran deduksi akan dibahas pada kesempatan lain.
PENALARAN INDUKSI
Dalam penalaran induksi/induktif kita mulai dengan menyebutkan peristiwa atau keterangan atau data yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan umum yang mencakup semua peristiwa khusus itu.
Dalam penalaran induksi/induktif kita mulai dengan menyebutkan peristiwa atau keterangan atau data yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan umum yang mencakup semua peristiwa khusus itu.
Ada tiga jenis penalaran induksi :
A. GENERALISASI
Generalisasi adalah proses penalaran yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus untukl diambil kesimpulan yang bersifat umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh:
Pemakain bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Pemakain bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
B. ANALOGI
Analogi adalah penalaran yang membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan sifat. Cara ini didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang/hal lainnya.
Analogi adalah penalaran yang membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan sifat. Cara ini didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang/hal lainnya.
Contoh:
Seseorang yang menuntut ilmu sama
halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan
seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak
belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula
bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan
ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah Dia
sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki
gunung untuk mencapai puncaknya.
Penalaran secara analogi memiliki peluang
untuk salah apabila kita beranggapan bahwa persamaan satu segi akan
memberikan kepastian persamaan pada segi-segi yang lain.
C. HUBUNGAN SEBAB AKIBAT
Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan m,enghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta itu.
Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan m,enghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta itu.
Penalaran induksi sebab akibat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Hubungan sebab – akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh penalaran hubungan sebab akibat:
Contoh penalaran hubungan sebab akibat:
Belajar menurut pandangan tradisional
adalah usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. “Pengetahuan”
mendapat tekanan yang penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan
utama dalam kehidupan manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan. Siapa yang
memiliki pengetahuan, ia mendapat kekuasaan.
2. Hubungan akibat – sebab
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih
dahulu hal-hal yang menjadi akibat, selanjutnya ditarik kesimpulan yang
merupakan penyebabnya.
Contoh penalaran hubungan akibat sebab:
Dewasa ini kenakalan remaja sudah
menjurus ke tingkat kriminal. Remaja tidak hanya terlibat dalam
perkelahian-perkelahian biasa, tetapi sudah berani menggunakan senjata
tajam. Remaja yang telah kecanduan obat-obat terlarang tidak segan-segan
merampok bahkan membunuh. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dari
orang tua, pengaruh masyarakat, dan pengaruh televisi dan film yang
cukup besar.
3. Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga menimbulkan
akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga,
dan seterusnya.
Contoh penalaran hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2:
Setiap menjelang lebaran arus mudik
sangat ramai. Seminggu sebelum lebaran jalanan sudah dipenuhi
kendaraan-kendaraan umum maupun pribadi yang mengangkut penumpang yang
akan pulang ke daerahnya masing-masing. Banyaknya kendaraan tersebut mau
tidak mau mengakibatkan arus lalu lintas menjadi semrawut. Kesemrawutan
ini tidak jarang sering menimbulkan kemacetan di mana-mana. Lebih dari
itu bahkan tidak mustahil kecelakaan menjadi sering terjadi. Keadaan
tersebut pada akhirnya akan menghambat perjalanan.
Komentar
Posting Komentar